Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 31; Kolose 4; 1 Raja-Raja 15-16
Suatu kali saya sedang jalan kaki menuju rumah. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di tepi jalan saya melihat seorang bapak tua dengan pakaian compang-campig dan kotor sekali sedang tidur. Dari keadaan fisiknya, saya bisa menyimpulkan bahwa keadaan jiwanya terganggu. Hati saya tersentuh, tapi saya tidak berbuat apa-apa selain berdoa singkat dalam hati. Lagipula, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Di hari lainnya, saya melewati jalan yang sama. Hujan sedang turun ketika saya lihat bapak itu sedang tidur sambil diguyur hujan, sedangkan saya sendiri memakai payung.
Saat itu belas kasihan muncul begitu kuat, sampai-sampai saya menangis sambil berseru dalam hati, "Tuhan, andaikan aku punya rumah sendiri, aku bisa membawanya pulang... Tapi Kau tahu aku tidak punya..." Jadi, saya tetap tidak melakukan apa-apa, kecuali berdoa lagi. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak saya. "Belikan saja dia jas hujan." Jas hujan bisa menutupi seluruh tubuhnya dari air hujan. Itu masih lebih baik daripada terus-menerus terkena hujan. Saya pun benar-benar mencoba melakukan rencana sederhana itu. Tuhan bahkan memberi teman yang juga sepakat menolongnya secara kontinu sebisanya.
Dari hal itu sekali lagi saya diingatkan, seperti apa kita mau merespon pada lingkungan sekitar bermuara pada keputusan kita sendiri. Apakah Yesus sekedar tanpa alasan ketika mengambil contoh "imam" dan "Lewi" sebagai tokoh yang justru membiarkan oran yang sedang sekarat karena dirampok itu? Tentu tidak! Mereka adalah orang-orang terpandang atau mereka yang tampak begitu "rohani". Tapi, masih adakah belas kasihan dalam diri kita yang disertai aksi nyata untuk mereka yang terlantar? Ketika kita mau, Dia akan menunjukkan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka. Mari lihat keluar, kita tidak hidup untuk diri kita sendiri.
Tidak cukup sebatas kasihan, dalam kasih ada tindakan nyata.